Home Curhat WANITA dan MITOS

WANITA dan MITOS

by webmaster
 

Sahabat sekretaris, kini berkembang faham baru tentang wanita. Menarik, karena menguntungkan dan menghapus aneka mitos yang selama ini membebani wanita.

Hubungan pria dan wanita memang diselubungi mitos yang belum tentu benar, beberapa diantaranya  sebagai berikut :

Mitos 1 : Wanita harus mandiri

Para pakar psikolog dan psikiater dari jaman Sigmund Freud mencekoki manusia dengan pendapat, bahwa demi tumbuhnya kepribadian yang sehat , seseorang harus mandiri. Kemandirian dan sikap percaya diri dianggap ciri khas laki-laki. Konon, kebanyakan wanita merasa nyaman untuk berhubungan dengan orang lain  dan memahami perasaan orang lain. Tapi hal ini tidak dihargai di dunia pria. Hal ini dianggap asing, dan hanya cocok untuk wanita. Selama ini pada wanita hanya diisyaratkan bahwa agar mereka bisa dianggap sebagai wanita dewasa dan harus bisa mengembangkan kepribadian yang terpisah dari orang lain. seperti yang dilakukan pria, mahluk yang hebat dan mandiri itu.

Ada pendapat pula bahwa karena identitas wanita diekspresikan melalui hubungannya dengan orang lain, pemisahan diri justru terasa mengancam. Sebaliknya pria yang identitasnya didapat melalui kemandirian merasa terancam karena kebersamaannya. pada saat para psikologi mempertanyakan perlunya wanita mandiri mereka juga meneliti kemandirian pria.  Dan kenyataanya pria sesungguhnya sedikit yang mandiri, karena mereka kebanyakan biasanya dibantu istri, ibu  atau anak perempuannya atau bahkan sekretarisnya Tapi jaringan bantuan ini justru tidak tampak , sehingga kontribusi perempuan malah sering terlewatkan.

Hasilnya adalah situasi yang pincang : laki-laki menganggap bantuan wanita adalah hal mereka, sementara di lain pihak perempuan berusaha mati-matian menekan kebutuhan mereka.

Mitos 2 : Ketergantungan itu tidak sehat

Pandangan wanita harus mandiri menghasilkan mitos kedua : ketergantungan wanita tidak sehat. Menurut teori tradisional, ketergantungan itu harus diperangi, diatasi.

Tapi saat ini para pakar membagi ketergantungan menjadi dua :

Yang sehat dan tidak sehat. Ketergantungan bisa sehat jika anda merasa bahwa anda bisa mengandalkan orang lain. Semakin anda merasa berharga. Bahkan jika anda tahu dapat melakukan sendiri tapi anda lebih suka minta tolong orang lain terutama di saat krisis.

Ketergantungan yang sehat dimulai dengan kejelasan tentang apa yang anda kehendaki dari orang lain. Wanita yang bisa menyatakan kebutuhan dan perasaanya biasanya lebih suka memberi kepada orang lain. Tapi pada umumnya mereka akhirnya merasa marah dan dirugikan. Bila seseorang tidak menyadari kebutuhannya atau merasa bersalah bila memiliki kebutuhan, bisa-bisa jatuh ke ketergantungan yang tidak sehat, yang penuh amarah dan kebencian. dengan kata lain , pasrah tapi tak rela sakit hati.

Mitos 3 : Empati wanita hanyalah naluri

Empati pada wanita dianggap misterius, samar dan khas wanita. Padahal empati adalah proses penting, kompleks dan taraf tinggi. Empati efektif bisa dicapai dengan keseimbangan pikiran perasaan. Misalnya anda bisa mengenali masalah teman anda karena pernah mengalami hal yang sama.  Tapi anda baru mampu membantu secara efektif bila bisa menjaga jarak dan bersikap objektif. Empati memang bakat yang spesial yang patut dibanggakan dari wanita.

Sedangkan pada pria empati tidak terkondisikan otomatis. bukan karena mereka tidak sanggup melihat keadaan emosional orang lain, tapi umumnya mereka tidak tergerak untuk bertindak seperti halnya wanita.

Salah satu masalah yang banyak dihadapi wanita adalah, kurang berani menunjukkan empati pada diri sendiri, karena mereka terbiasa mendahulukan dan memperhatikan orang lain.

Mitos 4  Amarah itu merusak

Adakalanya disaat wanita memberikan perhatian pada pasangan mengesampingkan persoalannya sendiri. Tapi jika lama kelamaan pasangan kita tidak membalas perhatian, kita menjadi marah. Mencoba menekan amarah, berasumsi sendiri bahwa kita tak patut berharap, bereaksi berlebihan. tapi ujung-ujungnya semakin marah dan frustasi. 

Dan amarah yang muncul dari seorang wanita dianggap sebagai gejala yang tidak sehat. Wanita sendiri menganggap bahwa mereka tak berhak merasa marah bila kebutuhannya tidak terpenuhi. Mereka khawatir amarah akan menghancurkan hubungan itu sendiri. Dan karena dianggap berbahaya amarah itu terus ditekan dan ditekan sampai akhirnya meledak.

Bertindak tak sesuai dengan perasaan, sesungguhnya tak sehat  dalam suatu hubungan apapun.  Terperangkap dalam hubungan yang tidak sehat akan merasa diri tidak berharga dan kesepian.

Perlu belajar untuk menghargai diri sendiri dan bertindak sesuai kebutuhan, dan berterus terang.

Mitos 5 : Wanita suka menyiksa diri sendiri

Ada pendapat bahwa wanita cenderung mengundang penderitaannya sendiri. Hal ini banyak ditentang keras para ahli psikologi.

Memang wanita tradisional mengagungkan penderitaan diam-diam, mereka terdorong membuat diri sendiri menderita, semata-mata agar dicintai. Oleh karenya para ahli terapi mencoba mencari akar masalah ini dan menunjuk pada penderitaaan ini, yang mereka sebut masochisme. 

Ada juga yang mengatakan wanita takut sukses, dan hal ini membuat mereka cenderung mensabotase diri sendiri dan membatasi kesempatan untuk berkiprah di dunia kerja Perilaku seperti ini tergolong masochisme.

Suatu hal yang wajar wanita punya perasaan bertolak belakang tentang kesuksesan. Tidak dibuat-buat karena wanita memang sering mendapat hukuman bagi kesuksesannya : kehilangan pasangan dan teman. Karena wanita sangat menghargai hubungan dengan orang-orang yang dicintai maka mereka tak ingin kesepian di posisi puncak. Ketakutan inilah yang muncul karena pengalaman..

Semoga bermanfaat..

Dilihat: 9 kali

Pin It

You may also like

Leave a Comment